Oleh Irlan Ismail | Ketua Bapilu DPD Partai Gelora Kota Bogor
Di Penghujung Januari 2023, Partai Gelora Kota Bogor yang dikomandani Dadan Suhendar selaku Ketua DPD menyambangi Balai Kota Bogor. Ini pertemuan pertama, dan tentunya menjadi awal pembuka dari setiap derap Langkah Gelora sebagai partai politik baru di Kota Hujan.

Sebagai organisasi politik baru, tentu bersilaturahim dengan jajaran Muspida Kota Bogor adalah suatu keharusan. Agar Partai Gelora memahami, apa Arah pembangunan Kota Bogor di masa depan, mengetahui realitas persoalan kota Bogor langsung dari Kang Dedie Rachim. Sebagai catatan pembuka, kang Dedie F2 yang menjadi kandidat terkuat menjadi F1 selanjutnya berdasarkan survey dan realitas yang Partai Gelora temui di masyarakat Kota Bogor.
Ikut hadir dipertemuan itu Ketua DPD Gelora Kota Bogor Dadan Suhendar, Wakil Sekretaris Achmad Sofyan, kami sendiri Irlan Ismail sebagai Ketua Bapilu, Adrian Sekretaris Bapilu, Maula Achmad Haidar Staf Bapilu, Raji Luqya Maulah Wakil Bendahara, dan Susanti Kabid Ekonomi Rakyat, UMKM, Koperasi dan Industri Kreatif serta Endang Hedijati sebagai Kabid Pemerhati Perempuan, Anak, Keluarga dan Disabilitas.
Ada beberapa point dan isu dari pertemuan fungsionaris DPD Partai Gelora Kota Bogor dengan Kang Dedie Rachim selaku Wakil Walikota Bogor. 5 Point ini tentunya akan menjadi salah satu landasan perjuangan kami Partai Gelora sejak masa kampanye nanti maupun saat duduk sebagai Anggota Legislatif. Sepakat Bersama-sama dengan Kang Dedie Rachim untuk menjadikan Kota Bogor sebagai Smart City, Green City, dan Heritage City.
1. Isu Lingkungan, Pengendalian dan Pengolahan Sampah.
Saat ini Kota Bogor memiliki TPA Galuga yang luas lahannya 36 Ha berlokasi di kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sebelum program pemilahan sampah dari rumah di berlakukan di Kota Bogor hampir 800 ton sampah organik dan non-organik masuk di TPA Galuga. Tetapi dengan berjalannya program pemkot tersebut, kini 600 ton sampah yang masih masuk ke TPA Galuga setiap harinya dari Kota Bogor.
Menurut Kepala DLH Kabupaten Bogor yang dikutip dari Radar Bogor mengatakan “Saat ini kita punya 3 hektare 7 ribu meter, jauh dengan Kota Bogor yang luasnya hampir 40 Ha,”.
Sementara dilansir dari Metropolitan.id Kepala DLH Kabupaten Bogor mengatakan “ Lahan tersebut dinilai masih terbilang kurang untuk menampung produksi sampah di Kabupaten Bogor yang mencapai 2800 ton per hari.
Ini artinya sampah yang masuk dari Sampah masyarakat kota Bogor dan Kabupaten Bogor diperkirakan mencapai 600 Ton dari kota bogor ditambah 2800 ton dari kab bogor. Secara total sampah masuk 3,4 Ton perhari. Sehingga TPA Galuga milik Pemkot Bogor juga ikut mengelola sampah yang tidak bisa dikelola oleh Pemda Kab bogor karna keterbatasan lahan yang pemda kab bogor miliki.
Dengan menghitung realitas sekarang juga pertumbuhan penduduk di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, Kami melihat kondisi TPA Galuga di 5-10 Tahun yang akan datang akan bernasib seperti TPA Bantargebang Bekasi yang menerima masukan sampah hingga 8000 Ton tiap hari.
Dari pemaparan yang Kang Dedie Rachim sampaikan terkait pemilahan sampah dari rumah yang sudah berjalan di 13 Kelurahan Se Kota Bogor, kami sebagai Partai Politik baru akan ikut mensupport Program Pemkot ini agar bisa tersosialisasikan dengan baik ke 68 Kelurahan Se-Kota Bogor. Juga ikut menyampaikan realitas ini kepada Pengurus Gelora di Kabupaten Bogor untuk ikut serta juga dalam Gerakan ini. Karena partisipasi warga masyarakat sangat diperlukan dalam pemilahan sampah Rumah tangga.
Kami juga akan terus mendorong industri pengolahan sampah untuk memproduksi hasil olahan sampah yg dapat bermanfaat (biji plastik, pasir, dll) maupun energi bio diesel serta pengolahan sampah organik menjadi pakan alternatif seperti Maggot.
2. Indeks Pembangunan Manusia Nomor 5 di Jawa Barat
Kang Dedie Rachim dalam pertemuan itu cukup concern menjelaskan tentang Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor yang saat ini data BPS tahun 2022 sebesar 77,17 adalah diurutan ke 5 di Provinsi Jawa Barat. Masih dibawah Kota Bandung 82,50, Kota Bekasi 82,46, Kota Depok 81,86 dan Kota Cimahi 78,77.
IPM ini dihitung dari sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran. Artinya 3 parameter utama yang menyebabkan IPM Kota Bogor masih tertinggal dari 4 Kota lainnya di Jawa barat adalah mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak Kota Bogor masih dibawah Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok dan Kota Cimahi.
Faktanya memang Ratio jumlah SMP Negeri dan SMA Negeri maupun sebaran lokasi sekolah yg tidak imbang sehingga menyebabkan terkonsentrasinya siswa-siswa pada sekolah tertentu. Seperti diketahui bersama untuk tingkat SD sampai SMP kebijakan pembangunan sekolah menjadi wewenang Pemkot. Sedangkan SMA menjadi wewenang pemprov Jawa Barat.
Belum lagi evaluasi dari sistem zonasi yang pada kenyataannya msh banyak siswa-siswa dari wilayah lain bahkan dari Kabupaten yang sekolah di wilayah Kota Bogor. Juga banyaknya siswa-siswa yang dari golongan atas yang idealnya mengisi sekolah-sekolah swasta kelas atas ikut juga mengisi sekolah-sekolah negeri di Kota Bogor. Hal ini mengakibatkan tidak meratanya distribusi Pendidikan khususnya untuk masyarakat kelas bawah.
Sebagai contoh kasus, Kecamatan Bogor Selatan adalah kecamatan paling rendah IPM di Kota Bogor karena satu kecamatan hanya memiliki satu SMA Negeri, itupun lokasinya di Bondongan yakni SMA Negeri 4 Bogor. Sungguh miris melihat populasi masyarakat Bogor Selatan yang sebesar 18,65 persen dari populasi Kota Bogor. Kami sebagai partai politik baru akan mendorong hadirnya SMA Negeri di wilayah yang akses Pendidikan masih terbatas.
Kang Dedie juga cukup ringkas dan padat menjelaskan terkait issue Kesehatan, kurang daya tampung rumah sakit di Kota Bogor karna warga kab bogor juga ikut berobat di RSUD Kota Bogor yang menjadi concern Pemkot agar sama-sama kedepan Bersama Gelora sebagai lokomotive perubahan baru bisa menuntaskan persoalan ini. Sehingga IPM Kota Bogor bisa meningkat menjadi peringkat teratas di Jawa Barat dan Indonesia.
3. Pembangunan yang tidak terintegrasi dan terkoordinasi dari Wilayah Lain
Pertemuan ini juga menggarisbawahi terkait persoalan menyebabkan arus pergerakan penduduk, transportasi, giat ekonomi, pendidikan, tempat berkumpul, masih membebani Kota Bogor. Tidak adanya buffer zone atau zona penyangga maupun jarak pembangunan yang memadai terutama yang berhimpitan dengan wilayah Kota Bogor.
4. Minimnya Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor
Kang Dedie menyampaikan minimnya pendapatan asli daerah kota Bogor yang masih mengandalkan pajak dari Hiburan, Perhotelan, Cafe, Parkir.
Yang disisi lain mendapat hambatan dari bahkan dari anggota Dewan, Ormas menyangkut izin lokasi usaha. Dengan kebijakan pemindahan lokasi ibukota ke IKN di masa depan. Ini akan menjadi problem besar karena selama ini terutama weekdays, mayoritas kegiatan MICE di hotel-hotel Kota Bogor berasal dari kegiatan-kegiatan dari Pemerintah Pusat. Tentunya jika Pusat Pemerintahan berpindah maka Kota Bogor akan kehilangan pendapatan secara signifikan.
Ini menjadi catatan terbesar kami untuk bersiap-siap menghadirkan kepemimpinan di Kota Bogor baik eksekutif dan legislative yang paham persoalan dan paham bagaimana menyelesaikannya.
5. Sarana Transportasi dan RTH.
Sampai saat ini sarana transportasi mayoritas kota bogor masih mengandalkan Angkot. Jumlah Bis Kita Pakuan masih terbatas dalam jumlah maupun trayek. Waktu tunggu penumpang msh 30 menit belum lagi ketersediaan bahan bakar, yang walaupun listrik tetapi kebutuhan listriknya masih disupport oleh batubara.
Kedepannya Kota Bogor, dalam hal ini Terminal Baranangsiang akan dibangun Integrated LRT Station, untuk melayani warga ke luar kota Bogor dan Trem listrik untuk sekitar Bogor.
Mengenai RTH karena terbatasnya jumlah lahan maka diperlukan perluasan wilayah ke kab bogor, terutama wilayah Dramaga, Sentul, Taman Sari-Ciapus, Cibanon untuk kedepannya kami sebagai Partai Politik baru akan ikut mendorong wilayah tersebut untuk masuk ke wilayah Kota Bogor, tentunya setelah moratorium pemekaran dicabut!.
Mungkin itulah 5 Point utama yang bisa kami petik, kami sadari Langkah ini barulah awal perjuangan kami di Kota Bogor. Tentunya kami siap mendengar, kami siap melihat, dan kami siap merasakan kegelisahan Warga Kota Bogor. Hayu bersama-sama berjuang, menjadikan Kota Bogor sebagai Smart City, Green City, dan Heritage City.
Salam Gelora Salam Indonesia
Ge7oraMenang2024
AinkMetal
Comment